Menikah bukan semata-mata karena cinta tetapi untuk menyempurnakan agama. 

Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang hamba menikah, maka telah sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah pada setengah yang lain.” 

Seperti mana sebuah cinta yang mendalam boleh pudar begitulah jua cinta yang tiada kan bisa dipupuk. Coba kembali ke zaman dahulu di waktu nenek dan kakek kita bertemu dan bersatu. Kebanyakan dari mereka ditentu jodoh oleh ibu bapa. Tanpa bantahan tanpa bicara, perkawinan di setuju asalkan calon menantu seorang yang baik dan beriman. 

Statistik penceraian yang terjadi di waktu itu tidak lah menghebohkan seperti sekarang. Walau mereka bersatu bukan atas dasar cinta tetapi lama-kelamaan rasa itu bisa dirasa. Disitulah hikmahnya sebuah restu orang tua. 

Tetapi coba kita buka mata dan melihat dunia hari ini. Penceraian demi penceraian sering kita dengar. Hampir saja perkara tersebut di anggap biasa dan kini kita sudah tidak terkejut mendengar penceraian yang berlaku di mana-pun. 


Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: 


“Perempuan itu dinikahi kerana empat perkara, kerana hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan kerana agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama nescaya kamu bahagia.” 

Pernikahan sebenarnya sangat suci dan merupakan ikatan dua hati. Disitu kan teruji sebuah kesabaran, kesetiaan, ketaatan dan keyakinan. Menikahah dengan niat untuk menyempurnakan agama. Makanya, pasangan yang dipilih jangan karena nilai material yang ada padanya. Jika menikah semata-mata hanya karena cinta, suatu masa nanti cinta akan pudar jika tidak di pupuk atau pun tatkala hati bertemu dengan insan yang lebih sempurna. 


Menikah karena kesempurnaan dan kecantikan, suatu masa nanti tatkala kau jumpa kelemahannya, kau akan mulai berasa hampa dan tidak berguna. 

Oleh karena itu, menikahlah karena agama. Perbetulkan niat karena Allah yang lebih utama. Bukan berharap pada kesempurnaan dia semata-mata, tetapi tekadlah untuk sama-sama melengkapi kekurangan diri. Sama-sama membimbing ke jalan yang di-ridhai. 

Kehidupan ini tidak lama, kematian akan membawa kepada sebuah alam yang kekal. Di alam sana kita mau bersama keluarga kita kembali, berkumpul dan bersatu lagi. Tetapi jika kita tidak bentuk diri menjadi insan yang bertaqwa, bagaimana kita akan menemukan insan yang bertaqwa dan bagaimana nanti kita akan memimpin pasangan kita untuk bersama-sama dunia akhirat? 


Allah S.W.T berfirman, “Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.” (an-Nur’:26) 

Tidak mengapa jika pasangan kita kurang rupa, asalkan dia orang yang kuat agama. Kecantikan dunia tidak akan kekal lama. Meningkat usia rupa sudah hilang mudanya. Dan perhatikan pula jika berlaku kemalangan yang menjelek-kan rupa, mencacatkan anggota dan menghilangkan ke-upayaan kita, hilang sudah segala yang kita banggakan itu. Itulah kecantikan yang ada di dunia. 

Tetapi, di alam syurga, semua manusia akan cantik jelita dan muda bergaya. Itu akan kekal abadi, dan mata tidak akan pernah jemu-jemu menatapnya. Subhanallah

Jangan hampa jika pasangan kita tidak kaya, asal hatinya kaya dengan dzikir-dzikir mengingati yang Esa. Harta dunia cuma tipu daya. Kemiskinan satu ujian dan kekayaan juga suatu ujian. Malah jika iman menipis di dada, kekayaan yang melimpah ruah itu akan sukar dijaga. Dan di akhirat nanti setiap perbuatan yang kita lakukan akan dipertanggung-jawabkan dan dipersoalkan. 

Cukuplah sekedarnya kita punya, asalkan kita masih mampu menjalani kehidupan dengan mudah dan sempurna. Asalkan kita mampu mencari rezeki yang halal yang tidak bergelimang hutang piutang, itu sudah memadai. Berdoalah kepada Allah memohon perlindungan dan kekuatan dari nafsu yang tidak jemu merayu. 

Di alam syurga yang kekal sana, tiada lagi manusia yang miskin, segala apa yang dihajati akan sampai dengan sekali niat saja. Rumah-rumah bersalut kemewahan, kendaraan yang jauh lebih hebat dan tidak mampu di bayangkan. Subhanallah,cukup besar anugerah Allah kepada mereka yang tidak melupakanNya. 


Dari Abu Musa Al Asy’ari, bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Sesungguhnya bagi orang-orang mukmin di dalam syurga disediakan rumah yang terbuat dari mutiara yang besar dan berlubang, panjangnya 60 mil, di dalamnya tinggal keluarganya, di sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya namun mereka tidak saling melihat satu sama lain".


Allah berfirman yang maksudnya: 



“Dan sampaikanlah berita gembira kepada yang beriman dan berbuat baik, bahawa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya”. (QS al-Baqarah : 25) 



Bentuklah keluarga menjadi keluarga yang bahagia. Bahagia bukan hanya mendamba meterialistik semata-mata. Tetapi bahagia akan hadir dalam ridha Dia. Kukuh-kan iman dalam ketaqwaan, biar derita menjadi ujian, asal penghujungnya sebuah keindahan yang berkekalan. 






ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Posting Komentar